Saat kau terbangun menyapa hangat pagi,
kau tak lagi temukan lelahmu.
kau tak lagi temukan lelahmu.
Aku yang tak selalu jadi pikiran utamamu,
masih menjagamu dari kejauhan.
masih menjagamu dari kejauhan.
Aku yang tak pernah jadi prioritasmu,
masih meneduhimu dari terik menyengat.
masih meneduhimu dari terik menyengat.
Aku, yang tak mungkin bersatu denganmu,
masih menyebut namamu dalam gelap.
masih menyebut namamu dalam gelap.
Kau, pemimpin otakku yang arogan.
Egois membiarkanmu menikmati nyamannya berada disana.
Egois membiarkanmu menikmati nyamannya berada disana.
Menyerah untuk setiap asa yang kupaksa menggebu.
Menyerah untuk meraihmu dalam mimpiku.
Menyerah untuk perasaan yang tenggelam.
Sudahkah kau dapati sisa-sisa nafsuku?
Sudahkah kau dapati sisa-sisa nafsuku?
Tak cukupkah kepasrahan perasaanku?
Sadar menyakiti semua harapan
dan terdiam karena terlalu lelah untuk merenggutmu
Sadar menyakiti semua harapan
dan terdiam karena terlalu lelah untuk merenggutmu
Menghirup nafasmu, merebahkan cintaku atasmu,
tapi kau membiarkannya.
tapi kau membiarkannya.
Membiarkannya beristirahat selama-lamanya,
menutupnya dengan benci dan sesak.
menutupnya dengan benci dan sesak.
Mengabaikannya seperti karbondioksida.
Kau adalah morfin yang terlalu mahal, atau aku yang terlalu miskin untuk memilikimu?
Menyimpannya aman didalam saku hangatku
Menyimpannya aman didalam saku hangatku
Tidakkah kau tau?
Aku bukan ketagihan, tapi menikmati.
Aku bukan ketagihan, tapi menikmati.
Setiap detak yang kudengar,
aku menikmatinya.
aku menikmatinya.
Aku beraga untukmu dan membusuk bersamamu.
***
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar